Tuesday, December 30, 2008

Konser Rock di Cibubur: Umaku Restoran Jepang

Akhirnya saya bisa ikutan juga acara Kumpulsutra (ngumpul-ngumpulnya Jalansutra) pas tahun 2008 nyaris habis. Ajakan Mas Dadi untuk "Ke Tokyo Lewat Cibubur" saya sambut dengan sukacita. Nggak nyangka, kalau acara kumpulsutra malem minggu kemarin (27/12) di Umaku Citra Gran Cibubur bergerak laksana sebuah konser rock. Bukan rusuh dan penuh gerudukan massa.. tapi lebih ke meriah dan penuh komposisi asik buat dinikmati. Begini ceritanya..

Opening Act: Sashimi – the funk and punk
Bagaikan deretan band anak muda yang meriah dan energik, jejeran sashimi menghentak cepat. Ada tuna yang kenyal dan beraroma khas, bagaikan Greenday -garage band yang dimotori Billie Joe Armstrong- ia menggebrak dengan jurus sederhana. Persis seperti lagu mereka "When I Come Around", potongan tuna yang selalu jadi sashimi klasik seolah mengumandangkan bahwa ia dan segala pesonanya adalah sebuah kenyataan:
"No time to search the world around.
Cause you know where I'll be found!
"

Norwegian salmon yang oranye di sisi lain dengan lembut membelai lidah tanpa perlu jadi kemayu dan mendayu-dayu. Bagaikan karya Oasis, potongan salmon berlemak ini berbisik:
"Cause after all.. you're my wonderwall.."

Opening-act meriah ini dipuncaki oleh band anak muda besutan Disney: The Jonas Brother. Potongan kekar swordfish sashimi menawarkan kesegaran yang bersih. Ada tekstur renyah yang sukar dicari tandingannya, mirip dengan musik pop-rock The Jonas Brother. Dan seperti band idola abg amrik ini, swordfish sashimi bisa jadi "the next big thing" buat penggemarnya.

Pick The Tempo: It's Classic Heavy Metal
Parade sushi klasik, gumpalan nasi beratapkan ikan segar, serasa memutar balik memori kala heavy metal masih berkumandang di radio. Ada salmon sushi yang menapaki tingkat kerumitan harmoni dan progresi, tanpa distorsi yang berlebihan. Kekenyalan salmon beradu dengan nasi
bersalut cuka tipis, sebuah sensasi yang hanya bisa dijelaskan oleh Van Halen:
"It's got what it takes, so tell me why can't this be love?
Straight from the heart,
oh tell me why can't this be love?
"

Unagi sushi yang manis tapi gurih mengingatkan saya pada sensasi musik-musik Bon Jovi. Tidak terlalu dalam, tapi selalu kena di hati. Rasanya Andreas, Rama dan Reyna, teman semeja saya malam itu sepakat. Kesederhanaan lirik khas Jon Bon Jovi dan tarikan gitar Richie Sambora seolah tercetak jelas pada potongan unagi sushi. Bukan tipe "I'll Be There For You" atau "Bed of Roses", tapi sensasi tebal dan sedikit gagah seperti pada "Livin on a Prayer" dan "Something for the Pain":
"Give me something for the pain.
Give me something I can use.
To get
me through the night.
Make me feel all right, something like you.
"
Yeaaahhh…

Yang agak overkill ternyata adalah swordfish sushi. Tekstur renyah potongan swordfish nggak masuk sempurna dengan lengket dan chewy-nya gumpalan nasi. Mereka asyik jalan sendiri-sendiri. Dan begitulah saya menikmatinya. Hey, Yngwie Malmsteen dan Joe Satriani pun lebih enak dinikmati terpisah kan?

Fusion Sushi Roll: Break time
Entah kenapa sesi ini terasa agak panjang dan kurang berkesan. Mungkin karena komposisi yang ditampilkan mirip dengan apa yang ada di pasaran. Salmon berguyur mayo dan unagi membalut daging kepiting soka. Ada rasa orisinil yang mengambang tapi terbungkus aksesoris yang berlebihan. Ingat band-band rock 2000-an, seperti Creed, Vertical Horizon, Dashboard Confessional sampai Linkin' Park. Enak sih, tapi nggak sampe nancep di hati.

Sweet Child O' Mine: Gunkan Sushi
Inilah soundtrack paling pas untuk menemani deretan gunkan sushi bertopping ikura dan tobiko. Dua telur ikan paling kondang di kuliner Jepang. Seperti lagu andalan Guns N Roses di album Appetite for Destruction ini, tobiko (telur ikan terbang) meletus dimulut memberikan ledakan-ledakan asin gurih yang menyenangkan. Kejutan-kejutan yang terjadi sepanjang kunyahan, bak goresan gitar Slash di lagu yang kondang pada periode akhir 80-an ini. Di sisi lain pinggan, ikura (telur salmon) yang lebih besar terasa bagaikan lagu yang sama tapi dengan tone yang lebih lembut. Letusannya di mulut tak sehebat tobiko, tapi dengan rasa yang tidak kalah dramatis. Yang ini Sweet Child O' Mine versi Sheryl Crow.. Serak-serak basah memukau

Rocks On!: Sishamo
Ikan gendut sepanjang pensil, dengan perut penuh berisi telurnya, di grill sampai matang sempurna, nyaris garing tapi tetap moist. Rasa gurih khas ikan berbumbu minimalis, aroma telur ikan dipadu dengan sedikit pahit di pangkal lidah hasil karya dinding perut ikan yang tidak dibongkar. Bukan sesuatu yang mudah diterima apalagi bagi penikmat ikan bakar penuh bumbu yang tebal dan berat ala Babe Lily.

Lapisan rasa demi rasa, dibalik kesederhanaan tersimpan sebuah misteri kerumitan yang luar biasa. Dan semuanya datang dalam paket kecil. Ikan Sishamo habis dalam beberapa kunyahan, bahkan sebelum semua rasa berhasil dicerna oleh pikiran yang belum dalam ini.

Ah, terngiang komposisi dari sebuah group besar asal Irlandia besutan mas Bono, the Edge, Larry Mullen dan Adam Clayton:
"It's alright...it's alright...it's alright.
She moves in mysterious
ways.
It's alright...it's alright...it's alright.
She moves in
mysterious ways".

Dan sishamo menyisakan misteri yang bisa jadi alasan untuk kembali ke Umaku besok-besok..

Encore: Udon
Semangkuk kecil udon putih mulus terendam dalam kuah coklat muda beraroma kaldu serutan ikan. Di atasnya bertengger manis sekeping inti bunga teratai, tempura udang, seiris kulit tahu berbumbu tajam dan sejumput rumput laut hijau segar. Inilah penutup sekaligus puncak dari acara "konser" malam itu. Sebuah penutup yang sederhana tapi sangat berkesan. Jumputan karbohidrat udon memang mengeyangkan sekaligus jadi bekal untuk pulang dengan perut nyaman.

Energi terisi dan perjalanan kembali dari Cibubur ke rumah (melintasi Bekasi, Depok, Jakarta Timur, Jakarta Selatan lalu Serpong; 5 kota di 3 propinsi bo'...) dipenuhi berbagai kata untuk menyusun review Kumpulsutra yang mungkin terakhir di tahun ini.

Wah, sudah mau tahun depan lagi.. Mengingat obrolan santai, keceriaan dan kehangatan keluarga JS-ku, saya tiba-tiba teringat pada the legendary Bob Marley:

"Everything's gonna be alright.. everything's gonna be alright.."

Begitu katanya..