Monday, October 22, 2007

Dapur Lintas Gender

Tulisan ini pernah dimuat di Appetite Journey Magazine bulan April 2006

Meskipun para tukang nasi goreng pinggir jalan dan chef restoran bintang lima umum-nya adalah lelaki, namun da-pur rumah tangga dikuasai kaum perempuan, baik itu ibu, istri atau si bibi. Perhatikan saja, mulai dari mengatur posisi panci dan wajan, menentukan merk kecap, letak bumbu dapur, semua seakan bagian yurisdiksi mereka.

Pertanyaannya adalah kenapa kaum lelaki se-akan menjadi alien di dapur? Golongan suami, om, kakek dan sebagainya yang berjender lelaki, umumnya masuk ke dapur hanya pada akhir pekan. Itu pun dengan catatan kalau tidak ada acara sepak bola di teve atau ditantang bermain bulu tangkis oleh Pak RT.

Padahal, jaman manusia masih tinggal di gua, yang bertugas memasak adalah kaum lelaki. Dari menangkap hewan buruan, menyalakan api sampai mengatur pembagian jatah makanan, semua jadi urusan kaum Adam. Kini peristiwa itu mungkin hanya terjadi setahun sekali, saat para lelaki kembali memegang kendali saat acara barbekyu malam Tahun Baru.

Nah, pernahkah Anda mendengar legenda tentang bidadari (pastinya perempuan) bernama Nawang Wulan, yang ketika sedang mandi di sungai selendangnya dicuri oleh pemuda bernama Jaka Tarub? Menurut reflechikayat, Mbak Nawang Wulan ini selalu melarang Jaka Tarub main ke dapur apa-lagi sampai membuka tutup panci dandang nasi. Suatu hari, Kang Jaka melanggar larangan tersebut. Akibatnya fatal, dia harus rela kehilangan istrinya yang secantik bidadari ini. Well, dia memang bidadari, dan memang sial buat si Akang.

Membaca legenda itu, saya lalu curiga jangan-jangan, Nawang Wulan adalah bidadari yang bertanggung-jawab atas tersisihnya para lelaki dari dapur. Dia memang sudah kembali ke Ka-hyangan, tapi sumpah dan larangannya ternyata masih berlaku dalam bentuk "Nawang Wulan Complex" atau "Nawang Wulan Syndrome": kaum lelaki malas ke dapur karena takut kuwalat, khawatir bila sang istri, pacar atau gebetannya merasa tersaingi dalam hal gastronomical.

Lebih gawat lagi, kalau kaum perempuan sampai merasa kurang diperhatikan karena lelakinya lebih suka bergelut dengan lengkuas dan kemiri. Lalu, kaum perempuan mulai lebih sering memakai selendang dan terbang ke sana ke mari. Atau bahkan justru membagi-bagikan selendang ke "Jaka Tarub-Jaka Tarub" lain. Kan repot..

No comments: