Monday, April 11, 2005

Kebab Asli Bapaknya Ali


Semalam, dalam rangka celebrating myself, saya mampir ke warung tenda yang baru buka beberapa bulan ini di Jalan Margonda (Depok).

Warung kebab bernama "Kebab Abou Ali" jual Kebab Arab, Kebab India, Kebab Turki. Wah, jarang-jarang nih..

Saya disambut oleh seorang bapak berkacamata yang bicara dengan logat sangat "arabic". Dia bahkan masih berbicara dalam bahasa arab pada anak dan istrinya yang berhijab panjang warna hitam khas arabiyah. Wah, kebab arab asli nih!!

Si bapak, yang kemudian saya tahu bahwa dialah Abou Ali (Bapaknya Ali), memberikan daftar menu. Menunya bergambar dengan nama dan tambahan kode huruf. Paket A1, A2, B1 dst.

Melihat saya kebingungan, Abou Ali yang ramah ini langsung menjelaskan:
"Yang arab, ada 3 macham. Kebab kobideh, barg dan chenjeh. Lalu ada juga soultani yang isinya satu kobideh sama satu barg. Ada juga kebab india sama kebab turk"

Bedanya apa?

"Kobideh itu satu daging, fanjang kaya' steak. Kalau barg, itu daging dithumbuk.. Kalau chenjeh, itu daging kambing tafi futus-futus.. Kebab india, daging kita kasi bumbu india. Kalau kebab turki, itu doner kebab" katanya sambil menunjuk panggangan tegak berputar seperti yang biasa kita lihat di.. Doner Kebab.

OK, saya pesan satu kebab soultani yang terdiri satu kebab kobideh dan satu barg. Abou Ali lalu membawa sepiring kebab berisi beberapa potong daging yang sudah dimarinate dan ditusuk dengan lempengan besi tipis panjang.

"Ini barg, ini kobideh. Funya anda" katanya sambil tersenyum.

"Kalau ini, tomat sama chabe.." katanya sambil menunjukkan tomat merah yang dibelah dua, lalu ditusuk dengan lempengan besi.

Tusukan daging dan tomat ini kemudian dipanggang di atas bara api dengan kipasan yang pelaan sekali.

"Sabar.. harus sabaar.. Saya bisa bikin cefat-cefat, tapi tidak enak.. soalnya nanti luar matang, tapi dalam tidak" katanya.

Lima belas menit kemudian kebab saya siap. Kobideh adalah potongan daging tanpa lemak (sapi? kok saya ga tanya ya?) yang dimarinate dalam campuran bawang bombay dengan lebar sekitar 2 inch, tebal hampir 1 inch dan panjang 6 inch. Dagingnya empuuk banget, tapi dengan serat yang masih terasa sekali. Aroma bawang bombay meresap sampai ke dalam dan terasa pada setiap gigitan. A very simple yet satisfying piece of steak (tanpa saus sama sekali lho!).

Barg dibuat dari daging yang digiling bersama bumbunya (dithumbuk, kata Abou Ali). Rasa bawang bombay semakin kuat dan tajam. Tampak ada sedikit jejak lemak pada dagingnya. Teksturnya kasar dan crumbly. Gilingan daging ini dibentuk sama seperti kobideh, fanjang..

Kedua potong daging ini didampingi oleh tomat dan cabe hijau yang dibakar sampai agak hangus, seiris jeruk nipis dan dimakan bersama nasi atau roti. Tentu saya pilih roti bundar tipis, yang saya kenal sebagai Lebanese bread. Roti ini dibuat sendiri oleh Abou Ali. Fresh banget rasanya. Saya sampai tambah rotinya lho..

Sebelum pulang saya beli tambahan roti. Sayang cuma dapat selembar. Anaknya Abou Ali, si Ali, kemudian cerita:
"sebetulnya masih ada, tapi tinggal sedikit, untuk doner kebab (kebab turki). Kalau mau anda bisa fesan, nanti kita bikinkan"

Selesai menyantap kebab yang sedap ini, di rumah saya menubruk kopi Toraja keluaran Aroma.. aahh.. ya salaam.. ni'mat.. Alhamdulillah..

Friday, April 1, 2005

Jumlah Ayam dalam Bubur

Berapakah jumlah ayam yang paling generous dalam bubur ayam?

Well, it's interesting..

Pada dasarnya komponen bubur ayam mirip dengan nasi+pecak ayam yang biasa dijual di warung tenda pecel lele. Hanya dengan jumlah air yang jauuuh lebih banyak :)

Nah masalahnya dalam nasi+pecak ayam, ayam yang digunakan adalah seperempat ekor (quarter chicken, kata Nandos mah). Either paha kumplit atas-bawah (maryland cut?) atau dada+sayap.

Dalam sebuah pengamatan yang saya lakukan, ayam yang digunakan untuk menaburi bubur biasanya hanya diambil dari seperempat dari seperempat ayam itu tadi (jadi berapa ya? seperenambelas ayam?). Kalo si Mang Bubur rada baik, maka akan digunakan setengah dari seperempat ayam itu tadi..

Walhasil, sakgenerous-generousnya tukang bubur, dia nggak akan pakai lebih dari seperdelapan bagian ayam dalam seporsi bubur.

Ingat, we're talking about bubur ayam kios, gerobak atau tenda, bukan restoran.

Kenapa hanya seperdelapan? ini karena constraint factornya adalah luas permukaan bubur dalam mangkok. Mangkok standard yang digunakan (warna putih, bergambar ayam dan sawi, ada logo "Sasa" atau "Miwon"), berdiameter paling besar 5 inch. Ini tidak bisa memuat terlalu banyak ayam. Apalagi kalau harus berdesakan dengan kacang, seledri, bawang goreng dan tentu saja, kerupuk yang bulk volume-nya ampun-ampunan..

Seperdelapan ayam ini supaya tampak banyak bisa ditreatment dengan menaikkan bulk volume-nya. Caranya? Daging ayam diiris tipis, terus digeprek pake piso, terus disuwir kueciiiill-kecil, sampai tingkat serat. Nah, kelihatannya jadi banyak kan? tinggal diawurin deh di atas bubur.

Buburnya sendiri mungkin dibuat hanya dari setengah atau tigaperempat jumlah beras yang digunakan menjadi nasi.

Terus, hubungannya sama harga?

Kalo nasi+pecak ayam (quarter chicken) dibandrol 7,500 perak.. maka separuh nasi dan seperdelapan ayam menjadi..? You do the math deh yeee..

-Lengkapnya bisa dibaca di buku "Kumon for Tukang Bubur - Irvan Karta, Jalansutra Publishing, 2005" :)